Selasa, 23 November 2010

Wajib, Lo, Menggali Rasa Ingin Tahu Anak

Jangan bingung apalagi merasa terganggu menghadapi si kecil yang ceriwis dan banyak tanya. Kita harus optimal menggali rasa ingin tahunya agar ia tak jadi pribadi "kerdil".
Kalau kita cuek atau malah merasa terganggu, bisa merugikan perkembangan wawasan dan kepribadian anak. Begitu pun kalau kita selalu melarang atau sebaliknya, kelewat melindungi. Nanti ia jadi enggak PD, lo, alias tak percaya diri, enggak punya inisiatif, selalu ragu-ragu, dan cenderung menarik diri dalam pergaulan. Kasihan, kan?
Itulah mengapa, tegas Evi Sukmaningrum, SPsi , orang tua harus bekerja keras menggali rasa ingin tahu anak sedini mungkin. Soalnya, di usia 2-3 tahun biasanya anak mulai pintar ngoceh banyak tanya mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya. "Rasa ingin tahunya begitu besar karena ia tengah memasuki masa bermain. Anak mulai nenangga  dan berinteraksi dengan orang lain. Ia bertemu dengan hal-hal baru di luar rumah dan tak lagi terbatas pada lingkungan di rumahnya saja," papar pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, ini. Meskipun sebetulnya rasa ingin tahu anak sudah muncul sejak usia 1 tahun. Hanya saja di usia itu anak masih sebatas observer . Gerakannya masih terbatas pada sekadar mengamati dan memegang, belum bisa mengekspresikan rasa ingin tahunya secara verbal. Itulah mengapa, komunikasi verbal yang intens antara orang tua dan anak sangat diperlukan karena akan melatih keterampilannya bicara, disamping dapat membantu mengembangkan kemampuan otaknya.

SERTAI ALAT PERAGA
Jadi, Bu-Pak, bila si kecil usianya sudah 2-3 tahun namun cenderung pasif dan enggak banyak tanya, saran Evi, cari tahu penyebabnya. Bila mengalami keterlambatan bicara seperti yang banyak terjadi, berarti hambatan untuk berbicara dan bertanya itulah yang harus ditangani lebih dulu. Lewat pemeriksaan yang lebih seksama di bagian saraf, misalnya, karena tak tertutup kemungkinan saraf-saraf yang berkaitan dengan perangkat wicaranyalah yang mengalami gangguan. Atau, bisa jadi otot-otot alat bicaranya, terutama lidah, belum matang atau berkembang sempurna.
Tapi kalau perkembangannya berjalan wajar, ketika ia mulai menunjukkan rasa ingintahu, kita harus peka dan segera merespon dengan memberi keterangan sejelas-jelasnya namun singkat dan disesuaikan dengan bahasa anak seusianya. Kita harus bangga dan senang, lo, kalau si kecil rajin bertanya dan ingin tahu sesuatu karena hal ini sangat positif. "Itu tandanya anak punya minat untuk bereksplorasi terhadap lingkungan sosialnya," jelas Evi. Jadi, kalau ia tanya soal binatang tertentu yang dilihatnya di TV, misalnya, ya, jelaskan. Sebaiknya, penjelasan verbal disertai alat peraga atau contoh konkret agar bisa dimengerti anak.
Misalnya, mengajak anak ke kebun binatang, sehingga ia bisa melihat secara konkret seperti apa binatang yang pernah ditanyakannya itu. Terlebih lagi bila pertanyaannya membutuhkan penjelasan yang tak mudah. Misalnya, anak menonton adegan mesra di TV lalu tanya, "Kok, orang itu ciuman?" Jawablah, "Itu berarti sayang," dan berikan contoh, "Nih, seperti Mama sekarang cium Ade, berarti Mama sayang Ade." Bagi anak, jawaban dengan contoh tersebut sudah cukup. Ia belum bisa, kok, membedakan antara ciuman bermakna sayang dan yang penuh nafsu.

HARUS KONSISTEN
Kalau kita memang benar-benar sibuk dan tak bisa sejenak pun meninggalkan kesibukan tersebut untuk menjawab pertanyaan si kecil, saran Evi, cobalah beri pengertian lebih dulu kepadanya. Misalnya, "Sayang, sekarang Mama harus menyelesaikan dulu pekerjaan Mama. Nanti kalau sudah selesai, Mama akan jawab pertanyaan Ade, ya." Dengan cara ini, jelas Evi, "anak sebetulnya juga terbantu untuk belajar memahami orang tuanya yang sibuk tanpa ia sendiri merasa di-reject  atau ditolak." Tapi tentu kita harus konsisten. Setelah selesai dengan pekerjaan tersebut, kita temui si kecil dan katakan, "Nah, sekarang Mama sudah selesai dengan pekerjaan Mama. Tadi Ade mau tanya apa?"
Hasilnya akan sangat berbeda, lo, bila kita bersikap enggak konsisten. "Selain rasa ingin tahu anak terpenuhi, respon orang tua juga akan semakin mendekatkan hubungan dengan anak," lanjut Evi. Tapi kalau kita enggak konsisten, hanya sekadar berjanji, maka yang ditangkap oleh anak adalah, "Ah, percuma. Mama bohong, kok." Secara tak langsung, kita pun telah menanamkan nilai buruk tentang kejujuran. Iya, kan? Selain itu, tambah Evi, "anak akan mencari dari sumber lain bila pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahunya tak didapat dari orang tua, sementara sumber yang ia tanya belum tentu tepat."
Jikapun sumbernya tepat, tapi kalau tanpa penjelasan yang memadai, bukan tak mungkin pemahaman si anak jadi meleset. Celaka, kan? Belum lagi kalau anak tahu-tahu "pandai" omong kotor atau terbiasa menggunakan umpatan kasar. Bukankah jadi makin gawat? Memang sudah selayaknyalah bila kita mau sedikit "berkorban" untuk menjawab rasa ingin tahu si kecil. Begitu, kan, Bu-Pak?

DORONG BERPIKIR KRITIS
Penting diketahui, pemenuhan rasa ingin tahu anak menjadi salah satu modal bagi perkembangan kecerdasannya. Itulah mengapa, anak yang kritis dan banyak tanya memiliki korelasi untuk bisa digolongkan sebagai anak cerdas. Artinya, anak yang cerdas menunjukkan rasa ingin tahu dan kemampuannya untuk berpikir kritis. "Bukan berarti anak yang enggak berpikir kritis itu enggak cerdas, lo. Kalau orang tua memberi stimulasi pada anak yang kelihatannya pasif, tentu akan sangat membantu," tutur Evi.
Misalnya, "Ini apa, Nak?" sambil menunjukkan aneka benda berlainan bentuk dan warna. Atau, "ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kemampuan berpikir anak." Misalnya, "Kenapa binatang marah kalau diganggu?" Jadi, si kecil yang pendiam belum tentu enggak cerdas, ya, Bu-Pak. Bisa jadi ia pendiam lantaran Bapak-Ibu tak pernah meresponnya untuk banyak bicara ataupun mendorong berpikir kritis. "Yang juga kerap terjadi, orang tua cuma 'menyuapi'," tambah Evi.
Ada, lo, anak yang pintar dan tinggi daya tangkap serta daya ingatnya, namun enggak kritis. Lantaran, ibu-bapaknya cenderung cuma memberi tahu dan kerap memberi respon negatif bila anak banyak bertanya ataupun memarahi kala si anak protes. Bagaimana jika orang tua tak memberi respon positif karena tak tahu? Tak usah cemas. Menurut Evi, kita bisa, kok, mengejar ketertinggalan si anak.
Namun tentu dengan "bayaran" yang lebih mahal. Artinya, terang Evi, "proses pemahaman pengetahuan si anak akan lebih lambat dibanding teman-temannya, karena pemahaman yang sama seharusnya sudah diberikan saat anak berada dalam masa golden age di usia 2-3 tahun." Bukankah saat itu ia tengah pintar-pintarnya? Jadi, kalau stimulasinya bagus di usia itu, anak akan tumbuh optimal menjadi cerdas. Jangan lupa, lo, meski kecerdasan bersifat herediter atau bawaan, namun tak akan menjadi optimal bila tak dibarengi dengan pemberian gizi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.  

BOLEH, KOK, MELARANG ANAK
Yang penting, dalam melarang harus disertai alasan jelas, sehingga ia tahu, ia bukan sekadar dilarang tapi ada hal-hal tertentu yang bisa mencelakakan dirinya ataupun orang lain. Misal, larangan main pisau, bisa dibarengi dengan memberi contoh memotong buah. Jelaskan, "Ade tak boleh main pisau karena pisau ini tajam dan bisa melukai tanganmu. Lihat, nih, Mama potong jeruk. Nah, terbelah, kan?" Anak pun jadi mengerti kenapa dirinya dilarang main pisau. "Dengan selalu mengemukakan reasoning , anak akan terlatih mengenali apa kesalahannya atau mengapa ia harus dimarahi orang tua," terang Evi . Cara ini juga membiasakan anak belajar konsekuensi, "Saya nggak boleh melakukan ini karena berbahaya buat saya."
Tapi kalau ia selalu dilarang, justru akan membuatnya jadi pembangkang. Coba, deh, perhatikan; semakin dilarang, anak seusia ini, kan, semakin nekat. Apalagi di usia 3 tahun, anak tengah mengembangkan negativismenya. Kalau dibilang "Kamu jangan main hujan ya," ia malah akan main hujan-hujanan. Jadi, semakin kita melarang, ia justru akan melakukan hal-hal yang kita larang. Alangkah baiknya dalam melarang kita juga mengajaknya berpikir. Misal, "Kalau Ade main hujan, nanti gimana?"
Ia mungkin akan menjawab, "Sakit." Nah, teruskan dengan pertanyaan, "Kalau sakit, nanti Ade bisa ikut jalan-jalan nggak sama Papa-Mama?" Pancing terus si anak hingga akhirnya ia sendirilah yang mengambil keputusan untuk tak main hujan. Dengan cara ini, bukan cuma larangan kita dipatuhi, anak pun jadi belajar berpikir kritis. Nah, mengembangkan kecerdasannya, kan?

SEDIAKAN MAINAN BERVARIASI
Salah satu bentuk stimulasi yang dianjurkan untuk meningkatkan kecerdasan adalah permainan edukatif. Lewat beragam permainan sederhana, anak terlatih perkembangan kognitifnya, kemampuan motorik kasar dan halus, maupun perkembangan intelegensinya. "Sebaiknya sediakan mainan bervariasi," anjur Evi .
Selain agar anak tak cepat bosan, pilihlah yang memungkinkan anak dapat menemukan semua kebutuhannya akan fungsi tiap-tiap mainan tersebut. Soalnya, ada permainan yang melatih daya ingat melalui gambar-gambar, ada yang mengasah kreativitas, dan ada pula yang bisa mempertajam daya imajinasinya. Sega atau play station , menurut Evi, boleh-boleh saja. Asalkan dibatasi agar tak merusak mata dan menjadikan ketagihan. Selain bentuk permainannya juga harus disesuaikan usia anak. Kalau tidak, apa jadinya bila anak usia 2-3 tahun asyik menikmati kekerasan lewat permainan contra dan sejenisnya.
Melakukan berbagai permainan atau aktivitas bersama anak, juga penting untuk mengembangkan kecerdasannya. Misalnya, main kuda-kudaan, pasar-pasaran, atau loncat-loncat, dan sebagainya. Jadi, tak usah malu, ya, Bu-Pak, bila harus terlibat dalam permainan si kecil. Selain itu, beri kebebasan pada anak untuk memanjat atau melompat di tempat yang ia sukai. Bila Ibu-Bapak keberatan si kecil melompat-lompat di tempat tidur, ya, sediakan fasilitas yang memungkinkan ia tetap melakukan aktivitas tersebut.
Begitu pun bila keberatan si kecil corat-coret tembok, ya, beri fasilitas untuk kebutuhannya itu. Ulurkan kertas kecil atau besar seperti yang diinginkannya. Jika ia lebih suka corat-coret di tembok, sediakan tembok khusus untuk dicoreti atau tempelkan sejumlah kertas berukuran besar di salah satu bagian tembok. Jelaskan padanya, "Ade boleh corat-coret di sini tapi di tembok lain jangan, ya." Pendeknya, kita tak boleh menghambat keinginan anak namun kita juga harus melatihnya bertanggung jawab untuk merapikan kembali mainannya atau benda-benda lain setelah ia usia melakukan sesuatu aktivitas.

ADE MAU LES MENYANYI 
Banyak, lo, orang tua yang kelewat getol mengarahkan anak. Menurut Evi , tak ada salahnya bila si anak memang suka. "Yang harus diingat, orang tua hanya sekadar mengarahkan, bukan menyalurkan ambisi pribadinya. Mungkin malah positif bisa mengarahkan anak sedini mungkin. Misal, anak berbakat menyanyi, tentu akan lebih baik bila diikutkan dalam kursus olah vokal. Ini kalau anaknya suka, lo. Kalau tidak, ya, jangan dipaksa." Jikapun si anak mau, kita juga perlu lihat-lihat lagi.
Soalnya, terang Evi, anak seusia ini cenderung akan bilang "mau" kalau ditawari les apa saja. "Dia hanya sekadar ingin tahu, ada apa, sih, di situ atau apa, sih, yang akan dia dapatkan." Bukankah anak usia ini memang sedang ingin tahu apa saja? "Tapi dia belum ada pengertian jelas kalau 'mau' berarti harus ada tindak lanjut apa. Konsekuensi logis untuk setiap tindakan jelas-jelas belum dia pahami sama sekali." Jadi, jangan salahkan si kecil, lo, Bu-Pak, kalau ia bilang mau tapi setelah beberapa kali ikut les lantas mogok.

*duta seruni*

Minggu, 21 November 2010

Bermain Sambil Belajar Untuk Anak

oleh: McMarthy



Melalui permainan dalam pembelajaran, anak tumbuh dan berkembang mempelajari hal-hal baru disekelilingnya. Ia menggunakan gerakan, fisik, dan motoriknya untuk melatih kreatifitasnya. Dengan bermain bersama teman-temannya, Ia juga meningkatkan kemampuan bahasanya dengan berinteraksi dengan teman sebayanya.

Permainan dalam pembelajaran bagi anak sangatlah perlu untuk meningkatkan kemampuan motorik anak mendeteksi lingkungan. Selain itu, dengan permainan dalam pembelajaran anak juga dapat belajar tentang banyak hal, terutama dapat menggunakan fisiknya. Anak yang kreatif cenderung dapat bersosialisasi bersama teman sebayanya dengan baik, karena dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sementara anak yang tidak kreatif lebih banyak berdiam diri dan tidak percaya diri.

Bermain Melempar Bola

Salah satu kegiatan permainan dalam pembelajaran yang sering dilakukan oleh anak adalah “melempar bola” (ball tossing). Permainan ini membutuhkan peserta 10 sampai dengan 12 anak. Alat minimal yang perlu dipersiapkan adalah bola. Tujuan permainan dalam pembelajaran pada bermain melempar bola ini adalah membiasakan anak untuk fokus dan konsentrasi. Permainan yang diberikan, mengasah kreatifitas anak, dan respon motorik anak kepada temannya.

Permainan sering dilakukan anak-anak usia sekolah dasar di kampung-kampung maupun pedesaan. Mereka tidak sadar dalam permainannya bahwa mereka sedang belajar fokus pada bola yang akan diterimanya. Permainan ini bila dilakukan berulang-ulang secara tidak langsung proses penangkapan bola itu butuh kebiasaan sehingga bisa merangsang respon motorik anak.

Cara permainan

Pada setiap permainan dalam permbelajaran tentu ada caranya. Cara bermain dalam permainan ini sangatlah sederhana. Semua anak-anak yang berjumlah 10 atau 12 anak tersebut membuat lingkaran dengan wajah menghadap ke tengah dan berhadapan dengan anak-anak yang lain.

Salah satu anak melempar bola ke temannya yang lain dengan menyebutkan buah kesukaannya dan nama anak yang diberi bola. Selanjutnya anak yang diberi bola juga menyebutkan nama buah dan nama orang yang diberi bola pada anak yang lain lagi. Mereka yang tidak bisa menyebutkan buah akan dikenakan sanksi, misalnya bernyanyi atau berjoget.

Permainan ini akan mengajarkan anak tidak hanya dari segi kognisi saja, tetapi juga melatih sikap, dan motivasi untuk mengembangkan skill yang dimiliki. Masih banyak lagi permainan dalam pembelajaran yang proses pembelajarannya tidak hanya menyentuh aspek kognisi saja melainkan juga aspek afeksi dan psikomotorik. Semoga dengan banyaknya permainan-permainan akan melahirkan generasi-generasi baru yang mandiri dan mampu mengembangkan imajinasinya.

Opsi seorang pendidik menghadapi anak-anak yang bermasalah



Tolok ukur keberhasilan seorang guru dapat ditentukan berdasarkan sikap dan perilaku anak-anak didiknya.  Sebagai pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-nak didiknya mau bekerjasama dalam proses belajar mengajar.  Makna kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran.  Tetapi adakalanya sikap dan perilaku anak-anak didik menyebabkan seorang guru tidak tahan dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sesi pembelajarannya. 
Sebenarnya sikap dan tingkah laku anak-anak yang tidak mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses perkembangannya.  Banyak anak yang bahkan harus kehilangan masa kanak-kanaknya karena orang tua yang sibuk.  Sementara anak-anak lainnya dibesarkan oleh pengasuh(nanny).  Anak-anak itu diharuskan mandiri sebelum waktunya, akibatnya mereka mengalami stress atau bahkan depresi.
Apa yang harus dilakukan seorang guru? Sebagai seorang pendidik di sekolah, guru dituntut berperan sebagai orang tua.  Seorang guru harus mengerti bahwa dimanapun anak-anak berada, baik di sekolah maupun di rumah, tidak banyak bedanya.  Berikut adalah tujuh opsi yang sangat bermanfaat dan efektif untuk diterapkan di rumah maupun di sekolah.
1.       Memberi penjelasan apabila ada masalah atau kejadian insidentil di kelas.  Misalnya, seusai kelas melukis ada cat air yang tumpah di lantai. Sebaiknya seorang guru berkata,”Lihat, di lantai ada tumpahan cat air”. Atau ketika guru mendapatkan kertas ujian tanpa nama. Sebaiknya seorang guru berkata,”Kenapa saya dapat kertas yang tidak ada namanya?” Juga apabila anak-anak asik ngobrol di kelas. Seorang guru boleh permisi keluar kelas sebentar untuk kemudian kembali dan mengatakan bahwa suara mereka sangat jelas terdengar sampai hall atau ruangan lain.
2.       Berperan sebagai seorang informan.  Misalnya, suatu hari guru menemukan ada meja yang dicoret atau anak-anak mencoret meja.  Sebaiknya guru mengatakan bahwa meja bukan tempat untuk menuliskan sesuatu, tetapi kertas.  Atau di kelas komputer ada anak yang menggoreskan sesuatu di atas disket komputer. “Disket komputer tidak bisa lagi dipakai jika tergores atau kotor”.
3.       Memberikan pilihan/opsi.  Misalnya, setelah seorang anak selesai membuat bentuk bangunan dengan balok atau lego, dia tidak mau membereskannya. “ Bagus sekali istana yang kamu buat! Pasti kamu akan membuat istana lagi besok. Kalau begitu kamu boleh menyimpan balok-balok itu di dalam rak yang sudah disediakan atau ke dalam kotak itu”.
4.       Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata.  Misalnya, seorang anak tidak memulai kalimat dengan huruf besar. Katakan, “Huruf besar!” Atau setelah seorang anak membuka pintu tetapi tidak menutupnya kembali, “ Pintu!”.
5.       Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh. Misalnya kelas sangat gaduh, seorang guru menempelkan jari telunjuknya ke mulut.
6.       Mengungkapkan perasaan anda.  Misalnya anda sedang menerangkan pelajaran, sementara anak-anak ngobrol. “ Saya merasa sedih dan frustrasi kalau tidak ada yang mau mendengarkan saya”.
7.       Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan.  Misalnya guru menyediakan kotak dimana tugas-tugas dikumpulkan; di kotak tersebut dituliskan pesan “ Akan lebih baik kalau mencantumkan nama dan tanggal”.

Senin, 15 November 2010

Agar Anak Tetap Kreatif

oleh: Aiman 

Ada 3 ciri anak kreatif yang dominan : 

1. Spontan  2. Rasa ingin tahu 3. Tertarik pada hal-hal yang baru.  Dan ternyata ke 3 ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak. Berarti semua anak pada dasarnya adalah kreatif dan faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Sedangkan kewajiban orang tua sebenarnya bukanlah mencetak, tetapi lebih pada mempertahankan agar anak tetap kreatif sebagaimana aslinya. 

Apakah kita sebagai orang tua mampu untuk mempertahankan kreatifitas anak ? Ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu kita untuk memahami sudah seberapa jauh kemampuan kita dalam hal ini : 

a) Apakah kita menerima segala kelebihan dan kekurangan anak kita dan apakah kita mensugesti mereka bahwa mereka mampu atau sebaliknya ? b)Apakah kita senantiasa menyadari bahwa setoap individu adalah unik dan setiap anak ada-lah otentik, tidak sama dan tidak akan dapat disamakan dengan anak lain ? c)Apakah kita menyadari bahwa kreatifitas itu bersifat multi dimensional dan setoap anak memiliki kimensi kreatifitasnya sendiri-sendiri ? d) Sudahkah kita mencoba mencari dan menelusuri sendiri minat-minat dan bakat-bakat apa yang dimiliki oleh anak-anak kita satu persatu ? e) Apakah kita telah memberikan dorongan dan cukup menghargai gagasan-gagasan anak kita, atau sebaliknya ? f) Sudahkah kita memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap apa-apa yang tengah dikerjakan oleh anak-anak kita, misalnya dengan ikut melakukan aktifitas bersama anak ? g) Apakah kita senantiasa memper-kenalkan berbagai hal yang baru kepada anak-anak kita, atau justru sebaliknya (menyembunyikannya) ? h) Apakah kita menghadapi anak-anak kita secara santai atau dengan penuh ketegangan ? i) Sudahkan kita memberikan waktu, tempat, kemudahan dan bahan-bahan agar anak kita kreatif ? j) Sudahkah kita memberikan anak-anak kita iklim dan pojok khusus untuk melakukan aktifitas mereka ? k) Apakah selama ini kita menilai hasil kreasi anak kita atau kita lebih tertarik untuk memperhatikan prosesnya ? l) Apakah selama ini kita menilai hasil kreasi anak dengan menggunakan perspektif kita atau dengan menggunakan perspektif anak ? m)Apakah kita selama ini cukup terbuka terhadap gagasan dan kreasi anak yang tidak lumrah ? n)Sudahkah kita memberi penguatan terhadap hasil kreasi anak atau justru melemahkannya ?


Tips-Tips Mendidik Anak Sejak Dini

oleh: Agustnasihin


Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini :

1. Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif. -Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain. -Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca dan mebahas berbagai tema dan masalah. -Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa diajarkan. -Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak. -Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan kebersihan. -Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana merapikan halaman. -Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan kendaraan. -Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan membuka bengkel dan lain-lain.

2. Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri.

3. Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk. -Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak, sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri. -Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab. -Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak. -Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama mendidik anak yang baik dan seimbang. -Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang kurang baik dari dampak yang ditontonnya.

4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak.

5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera sembahyang.

6. Diatas usia 7 tahun, Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih, sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua.
Semoga berhasil Good Luck!

Anak Cerdas

oleh: Ferry Djajaprana


Nama Peresensi : Verri Jaya Priyana Nama Samaran : Ferry Djajaprana Penulis : Dini Kasdu 
Penerbit : Puspa Swara Tahun : 2004 Cetakan : Ke 1 Halaman : vi + 152 hlm, 23 cm
 
Semua orangtua, pasti mendambakan si buah hati tumbuh sehat dan cerdas. Dari generasi yang sehat dan cerdas ini diharapkan dapat menjadi tonggak kemajuan bangsa. Hal ini menjadi tanggung jawab orangtua yang merupakan orang terdekat bagi anak. Hanya saja untuk merealisasikannya bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya dibutuhkan pemenuhan secara materi, tetapi juga secara mental dan social. Yang lebih penting lagi, kemauan dan pengetahuan orang tua untuk dapat melakukan semua upaya itu sejak merencanakan kehadiran anak hingga anak itu tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Sejak dalam kandungan, lahir, tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak merupakan suatu proses. Perjalanan dan hasil akhir dari proses ini sangat bergantung pada orangtua. Perlakuan orang tua menentukan masa depan anak.

Anak itu ibarat kertas putih, tergantung orang tuanya mau membuat apa anaknya itu. Beberapa ahli mengemukakan bahwa orangtua dapat membuat anaknya menjadi lebih cerdas jika dalam keluarga dibangun suasana yang hangat dan penuh kasih sayang dan lingkungan yang kondusif, sanggup meningkatkan taraf kecerdasan anak menjadi lebih baik. Sebaliknya anak yang lahir dengan kecerdasan tinggi, tetapi hidup dalam keluarga yang kurang kasih sayang dan lingkungan yang tidak mendukungnya, anak tidak akan berkembang menjadi anak yang cerdas.

Demikian uraian Dini Kasdu, dalam bukunya karangannya yang berjudul Anak Cerdas, A-Z panduan mencetak kecerdasan buah hati sejak merencankan kehamilan sampai balita. Dini menjelaskan idenya dengan bahasa yang mudah dimengerti dan gamblang sehingga mudah dimengerti bagi siapa saja yang membacanya.

Untuk pasangan yang baru memulai maghligai rumah tangga diharapkan kesadarannya untuk mempersiapkan diri baik secara fisik dan mentalnya. Peranan Ibu sejak masa prakonsepsi (sebelum pembuahan) menentukan kesehatan dan kecerdasan anak yang akan dilahirkan. Idealnya, hal ini dilakukan jauh sebelum kehamilan terjadi karena kualitas generasi yang akan dilahirkan dipengaruhi oleh masa sebelum dan selama kehamilan. Karena masa lalu, masa kini maupun mkasa yang akan datang akan saling mempengaruhi.


Pada masa kehamilan perlu diperhatikan terhadap dua masa kritis yang berdampak pada janin.
Masa kedua berlangsung sejak awal minggu ke delapan sampai saat kelahiran. Masa ini merupakan periode penyempurnaan proses tumbuh kembang organ tubuh yang telah dibentuk pada peroiode sebelumnya. Jika terjadi gangguan pada masa ini, janin beresiko menderita gejala kelainan fisiologis sejak lahir dan semakin parah pada saat dewasa nanti.
Pada masa kehamilan, salah satu agenda yang harus dijadwalkan dalam masa kegiatan ibu hamil adalah memeriksa kehamilannya secara rutin. Tahap selanjutnya setelah masa kehamilan adalah masa bayi, bawah tiga tahun (batita), dan bawah lima tahun (balita). Masa-masa tersebut menjadi emas untuk pembentukan manusia kelak dikemudian hari.

Setelah usia anak menginjak bawah tiga tahun juga merupakan usia perkembangan anak yang kritis. Masa batita adalah masa keemasan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada usia lima tahun pertama, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk karena dimasa ini anak sudah mulai bisa diarahkan.
Kemudian dalam penutupan buku tersebut, Dini menuturkan bahwa masalah kecerdasan generasi, banyak factor yang ikut berperan. Pemenuhan factor-faktor itu yang menentukan sejauh apa kecerdasan seorang anak. Untuk mendapatkan anak cerdas tidak hanya dengan memberi makanan sehat dan perawatan baik. Namun juga, lingkungan psikologis yang mendukung sejak dalam kandungan hingga usia lima tahun. Tidak ada kata terlambat dari pada tidak melakukan sama sekali. Jika pengetahuan ini barudiketahui setelah kehamilan atau anak baru berumur satu tahun, tidak ada kata menyesal tanpa berbuat apa-apa. Setiap masa dan upaya akan memperoleh hasilnya. Jadi segera bertindak, jangan tunggu waktu berlalu. Orang tua, khususnya ibu memegang peranan yang sangat penting dan menentukan. Untuk itu diperlukan seorang ibu yang terjaga kesehatan fisiknya, mental dan social serta pendidikan yang memadai.

Pada akhirnya, memang orangtua yang menentukan apakah yang ingin ia berikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak anaknya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pekembangan dan peningkatan kualitas anak yang sebenarnya adalah menjadi tanggung jawab orang tua. Hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, orangtua perlu berusaha semaksimal mungkin.

Penyusun, Ferry Djajaprana

Rangsang Kreativitas Anak Dengan Menulis

oleh: Tedifa


Menulis bagi anak-anak dapat meningkatkan kreativitas bahwa dengan menulis anak dilatih untuk berperasaan lebih halus dan perduli pada penderitaan sesama. Penelitian yang dilakukan oleh seorang psikolog menerangkan bahwa menulis emosi dalam sebuah tulisan, bisa membuat anak-anak lebih mudah memahami diri sendiri juga orang lain dan lingkungannya. Kendala yang kita hadapi sekarang adalah ketidakpedulian orangtua terhadap kebutuhan akan menulis bagi anak-anaknya. Bagi anak-anak yang pernah mengalami tindak kekerasan seksual ataupun tindak kekerasan dalam rumah tangga, menulis dapat membantu menghilangkan trauma yang diderita.

Anak Cerdas dan Kreatif Berkat Alunan Musik

oleh: Sefrizal 


* duta seruni *

Opsi seorang pendidik menghadapi anak-anak yang bermasalah

oleh: Olailani



Sebenarnya sikap dan tingkah laku anak-anak yang tidak mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses perkembangannya.  Banyak anak yang bahkan harus kehilangan masa kanak-kanaknya karena orang tua yang sibuk.  Sementara anak-anak lainnya dibesarkan oleh pengasuh(nanny).  Anak-anak itu diharuskan mandiri sebelum waktunya, akibatnya mereka mengalami stress atau bahkan depresi.

Apa yang harus dilakukan seorang guru? Sebagai seorang pendidik di sekolah, guru dituntut berperan sebagai orang tua.  Seorang guru harus mengerti bahwa dimanapun anak-anak berada, baik di sekolah maupun di rumah, tidak banyak bedanya.  Berikut adalah tujuh opsi yang sangat bermanfaat dan efektif untuk diterapkan di rumah maupun di sekolah.

1. Memberi penjelasan apabila ada masalah atau kejadian insidentil di kelas.  Misalnya, seusai kelas melukis ada cat air yang tumpah di lantai. Sebaiknya seorang guru berkata,”Lihat, di lantai ada tumpahan cat air”. Atau ketika guru mendapatkan kertas ujian tanpa nama. Sebaiknya seorang guru berkata,”Kenapa saya dapat kertas yang tidak ada namanya?” Juga apabila anak-anak asik ngobrol di kelas. Seorang guru boleh permisi keluar kelas sebentar untuk kemudian kembali dan mengatakan bahwa suara mereka sangat jelas terdengar sampai hall atau ruangan lain.

2. Berperan sebagai seorang informan.  Misalnya, suatu hari guru menemukan ada meja yang dicoret atau anak-anak mencoret meja.  Sebaiknya guru mengatakan bahwa meja bukan tempat untuk menuliskan sesuatu, tetapi kertas.  Atau di kelas komputer ada anak yang menggoreskan sesuatu di atas disket komputer. “Disket komputer tidak bisa lagi dipakai jika tergores atau kotor”.

3. Memberikan pilihan/opsi.  Misalnya, setelah seorang anak selesai membuat bentuk bangunan dengan balok atau lego, dia tidak mau membereskannya. “ Bagus sekali istana yang kamu buat! Pasti kamu akan membuat istana lagi besok. Kalau begitu kamu boleh menyimpan balok-balok itu di dalam rak yang sudah disediakan atau ke dalam kotak itu”.

4. Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata.  Misalnya, seorang anak tidak memulai kalimat dengan huruf besar. Katakan, “Huruf besar!” Atau setelah seorang anak membuka pintu tetapi tidak menutupnya kembali, “ Pintu!”.

5. Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh. Misalnya kelas sangat gaduh, seorang guru menempelkan jari telunjuknya ke mulut.

6. Mengungkapkan perasaan anda.  Misalnya anda sedang menerangkan pelajaran, sementara anak-anak ngobrol. “ Saya merasa sedih dan frustrasi kalau tidak ada yang mau mendengarkan saya”.

7. Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan.  Misalnya guru menyediakan kotak dimana tugas-tugas dikumpulkan; di kotak tersebut dituliskan pesan “ Akan lebih baik kalau mencantumkan nama dan tanggal”.

Minggu, 14 November 2010

Di Hotel JW Marriott, Anak-anak Paud Belajar Membuat Donat

Bertempat dilantai 3 Hotel JW Marriott Surabaya, Jumat (22/10) anak-anak Paud Duta Seruni RW V Kedung Rukem Tengah, Surabaya mengikuti acara cooking class yang digelar oleh Hotel JW Marriott Surabaya. Anak-anak tidak hanya melihat tetapi diajak ikut membuat.

"Ini memang bagian dari spirit to serve our community yang secara rutin sudah kami gelar sejak beberapa tahun sebelumnya. Dan pada kesempatan kali ini, kami mengajak siswa Paud untuk ikut melihat serta ikut berpraktek membuat donat," ujar WIKE TRISNANDHINI Communication Manager Hotel JW Marriott Surabaya.

Ditemani ALBERT KAINDLBAUER General Manager Hotel JW Marriott Surabaya, anak-anak langsung membuat donat sejak dari proses membuat adonan sampai dengan menghias donat dengan berbagai topping, sampai dengan proses terakhir, yaitu menggoreng.

Tampil mengenakan topi layaknya seorang chef, anak-anak berbaris rapi satu per satu dihadapan sebuah meja bersama denganENDRA YUDHA chef de pastry Hotel JW Marriott Surabaya, mulai membentuk bagian adonan yang udah dibagikan menjadi bulat dan tengahnya berlubang.

Hasilnya, tentu saja tidak serapi dan sebagus yang dibuat oleh para chef yang sesungguhnya. "Tujuannya memang ingin memperkenalkan anak-anak dengan aktivitas di kitchen hotel, sekaligus kemudian diajak mencoba membuat donat. Kami memang ingin berbagai kebahagiaan," tambah WIKE saat berbincang dengan suarasurabaya.net, Jumat (22/10) disela-sela acara.(tok)

* duta seruni *

Paud Duta Seruni Bikin Donat di Marriott



Vanessa Gwieneth terlihat bengong melihat Albert Kaindlbauer yang piawai memutar adonan donat di sela jari-jemarinya. Bocah empat tahun murid Paud Duta Seruni itu berusaha menirukan aksi general manager Hotel JW Marriott tersebut. Tapi sayang, bolak-balik dicoba, ia selalu gagal. Seolah tahu keinginan Vanessa, Albert pun mendekati bocah berkaos olahraga warna kuning dan orange tersebut. Albert tak segan untuk mengajarinya. Dua kali diberi contoh, Vanessa langsung bisa. Ia pun bersorak kesenangan. “Asyik donatku enggak copot lagi,” kata Vanessa yang akrab disapa Ay Ay.
Vanessa bersama puluhan murid Paud Duta Seruni, Jumat (22/10), mendapat undangan khusus dari JW Marriott untuk datang ke hotel bintang lima  tersebut.  Bertempat di pinggiran kolam renang lantai 4, mereka diajak membuat sekaligus menghias donat. “Acara ini kami gelar untuk  mengajak anak-anak belajar mandiri sekaligus berkreativitas,” ungkap Wike Trisnandhini, marketing communication manager JW Marriott.
Uniknya, hampir semua murid Paud Duta Seruni yang diantar oleh orang tua maupun guru mereka, baru pertama kalinya menginjakkan kaki di hotel bintang lima tersebut. Tak heran banyak yang bengong sekaligus mengaguminya. “Benar-benar  pengalaman yang berkesan bagi kami semua,” aku Uci Utari, ketua Paud Duta Seruni.
Begitu tiba di pool terrace, anak-anak tersebut langsung duduk mengeliling meja yang sudah disediakan. Di atas setiap meja ada semacam nampan dengan beberapa macam adonan donat. Dipimpin Chef Endra Yudah, mereka terlihat antusias mulai pertama membuat adonan. “Lho itu mixer ya. Kok besar, Bunda,” tanya Aviasyah Ahmad Alhabsi.
Mendengar pernyataan itu, Chef Endra hanya tersenyum. Ia lalu memberikan penjelasan. “Kalau di hotel bikin donatnya kan banyak. Jadi mixernya butuh yang sebesar ini. Fungsinya sama kok dengan mixer milik mama di rumah kalian,” jelasnya.
Ditambahkan Uci, selain untuk melatih kemandirian, belajar di lokasi outdoor juga untuk melatih syaraf motorik anak-anak tersebut. Acara ini juga untuk mengenalkan cara membuat  beragam kue, sehingga mereka bisa menirunya di rumah. “Juga supaya enggak malas masuk dapur,” imbuh perempuan berjilbab itu. (opi) 
* duta seruni *

Gangguan Pendengaran pada Anak


Beberapa anak lahir dengan gangguan pendengaran, tetapi banyak ibu yang tidak segera menyadarinya. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman atau kurangnya perhatian ibu terhadap refleks bayi ketika mendapatkan stimulus suara seperti lagu, benda terjatuh, peluit, suara keras, dll. Padahal, semakin dini gangguan pendengaran terdeteksi, semakin besar peluangnya untuk diobati.
Para ahli juga mengatakan bahwa semakin cepat masalah pendengaran terdeteksi, semakin baik anak beradaptasi dengan metode stimulasi dan pembelajaran. Banyak masalah pendengaran yang dapat diatasi pada saat bayi belum berusia 3 bulan.
Dalam beberapa tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian penting dalam perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak. Bahkan kehilangan pendengaran ringan atau parsial dapat mempengaruhi kemampuan anak berbicara dan memahami bahasa.
Tes Pendengaran
Sebagian besar bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran dapat didiagnosis melalui pemeriksaan pendengaran. Dokter atau bidan dapat melakukan tes pendengaran sederhana untuk mengecek kesehatan pendengaran bayi sebelum keluar dari rumah sakit atau rumah bersalin. Namun bila bayi Anda tidak lulus pemeriksaan pendengaran tersebut, tidak selalu berarti ada kelainan.  Kotoran atau cairan telinga berlebihan juga dapat mengganggu pendengaran. Dokter akan mengeceknya bila itu adalah penyebabnya. Dalam beberapa kasus, gangguan pendengaran yang disebabkan oleh infeksi, trauma, dan kebisingan juga belum menimbulkan masalah sampai masa kanak-kanak. Jadi, sangat penting untuk mengevaluasi pendengaran anak Anda secara teratur seiring pertumbuhan mereka.
Faktor Risiko
Risiko gangguan fungsi pendengaran meningkat bila anak:
  • lahir prematur
  • tinggal di unit perawatan neonatal intensif
  • bilirubin tinggi sehingga membutuhkan transfusi
  • diberi obat yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
  • memiliki sejarah keluarga kehilangan pendengaran
  • mengalami komplikasi pada saat kelahiran
  • mengalami infeksi telinga atau infeksi lain seperti meningitis, toksoplasmosis atau sitomegalovirus
  • terpapar suara sangat keras
Kapan harus memeriksakan anak
Kebanyakan bayi baru lahir akan terkejut bila mendengar suara keras tiba-tiba. Bayi usia 3 bulan biasanya sudah mengenali suara orang tuanya. Pada usia 6 bulan, bayi sudah mengalihkan tatapan mata atau memalingkan kepala ke arah suara.
Bila anak Anda tidak menunjukkan respon pendengaran normal, segeralah memeriksakan anak ke dokter spesialis THT atau spesialis pendengaran (audilog).  Dokter akan secara khusus memeriksa pendengaran anak Anda dengan audiometri dan pemeriksaan klinis lainnya. Pemeriksaan audiometri dilakukan di bilik kedap suara dengan menggunakan game dan peralatan khusus yang memungkinkan dokter menilai tingkat pendengaran anak.
Anak-anak yang tampaknya memiliki pendengaran normal tetap harus dievaluasi secara berkala dan sewaktu-waktu jika ada kekhawatiran. Banyak gangguan prestasi belajar di sekolah dan kesulitan berkomunikasi anak yang tanpa disadari ternyata disebabkan oleh masalah pendengaran.
Sebarkan ke teman-teman:
* duta seruni *

      10 Tips Memilih Sepatu Anak


      Menjelang lebaran dan tahun ajaran baru adalah saat di mana banyak orang tua membelikan sepatu baru bagi anaknya. Jika ingin membelikan sepatu yang sehat, sangat penting bagi Anda untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang sepatu anak.
      Ada banyak hal yang perlu Anda perhatikan mengenai sepatu anak. Berikut adalah sepuluh di antaranya:

      1. Tunda untuk membelikan sepatu sampai anak Anda mulai berjalan. Penelitian menunjukkan bahwa kaki anak berkembang lebih sehat bila mereka belajar berjalan tanpa alas kaki. Sepatu pertama harus lunak, lentur dan sesuai ukuran. Kaki bayi masih berupa tulang rawan yang sangat mudah berubah bentuk oleh tekanan. Penggunaan sepatu terlalu kecil dan keras dapat membuat kaki balita mengalami rusak permanen.
      2. Selalu mengukur kaki anak sebelum Anda membelikannya sepatu. Kaki anak tumbuh dengan cepat sehingga Anda tidak bisa menggunakan hasil pengukuran sebelumnya. Bila anak Anda tidak dapat ikut serta ke toko atau susah diajak mengepaskan sepatu, tips pengukuran berikut dapat diterapkan: Pertama, mintalah anak berdiri pada kedua kakinya di atas kertas karton. Buatlah pola kaki dengan coretan pulpen melalui pinggiran kaki-kakinya. Potong pola kaki pada karton dengan gunting, tambahkan sekitar 1-2 cm pada bagian jari-jarinya. Pada waktu memilih sepatu, masukkan pola karton tersebut ke dalam sepatu untuk mengukur kesesuaiannya.
      3. Ukurlah kaki di sore hari pada saat volume kaki mengembang terbesar.
      4. Selalu mencoba sepatu pada kedua kaki. Ukuran kaki anak bisa berbeda antara kaki kanan dan kiri. Bila kedua kaki anak berbeda ukuran, gunakanlah ukuran kaki yang lebih besar. Perhatikan juga saat anak Anda berjalan dan pastikan bahwa tumitnya tidak menyelinap keluar, yang menandakan bahwa sepatu kebesaran.
      5. Sepatu anak harus memiliki tali, velcro (perekat) atau sistem pengancing lainnya. Anak-anak cenderung sangat aktif dan senang berlarian sehingga sepatu tanpa tali akan mudah lepas dan menyulitkan pemakaian.
      6. Carilah sepatu yang terbuat dari bahan berpori, seperti seperti kanvas atau kulit. Selain lebih tahan lama, bahan tersebut membantu kaki anak tetap dingin dan kering, mencegah kulit kaki melepuh, tidak nyaman, dan bau.
      7. Jangan “mewariskan” sepatu anak ke adiknya. Sepatu yang sudah dipakai lama akan terbentuk seperti pola kaki pemakainya. Selain itu, menggunakan sepatu bekas dapat menyebarkan kuman seperti jamur dan kutu air.
      8. Jangan membeli sepatu bertumit tinggi untuk anak. Selain menyulitkan anak untuk berjalan, sepatu model itu sangat buruk bagi pertumbuhan kaki yang benar. Pilihlah sepatu dengan sol yang datar dan rata.
      9. Sol sepatu anak harus kokoh dan cukup tebal untuk melindungi kaki dari rasa sakit dan cedera.
      10. Pilihlan sol yang berpola atau bertekstur, karena akan memberikan cengkeraman di tanah dan mencegah anak terpeleset.
      image: source
      Sebarkan ke teman-teman:
       * duta seruni *

        9 Tips Mencegah Pembusukan Gigi pada Anak-Anak

        Pembusukan gigi atau dalam bahasa teknisnya disebut karies gigi dapat berdampak besar terhadap kepercayaan diri seorang anak dan menyebabkan masalah bagi gigi permanennya, karena gigi susu sangat penting dalam pengembangan gigi permanen. Gigi susu menyediakan ruang untuk gigi permanen, sehingga bila rusak maka gigi permanen dapat tumbuh tidak beraturan.
        Sembilan tips berikut dapat mencegah pembusukan gigi pada anak-anak:
        1. Mulailah membersihkan gigi anak sejak gigi pertama tumbuh, biasanya pada umur 6 bulan. Pembersihan dilakukan setiap malam sebelum tidur. Semakin muda Anda memulai, semakin mudah untuk mengembangkan kebiasaan itu. Anda dapat menempatkan kepala anak Anda di pangkuan agar menyikat gigi lebih menyenangkan dan efektif.
          Bersihkan gusi dan gigi pertama bayi dengan kain kasa lembab atau sikat gigi kecil yang lembut. Untuk bayi dengan gigi lebih banyak, lumurkan sedikit pasta gigi anak-anak (sekitar sebutir beras) pada sikat gigi yang lembut.
        2. Jadwalkan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali. Jangan menunggu sampai gigi anak bermasalah. Pemeriksaan rutin membantu menjaga kesehatan mulut anak  Anda. Biarkan anak menjadi akrab dengan dokter gigi dan jangan menanamkan rasa takut padanya seperti sebagian orang tua yang sering mengancam anak-anak akan mencabut gigi mereka jika tidak menyikat gigi atau terlalu sering makan permen.
        3. Pastikan anak menyikat gigi secara teratur dua kali sehari. Mulailah mengajarkan menyikat gigi ketika anak Anda sudah cukup besar, biasanya pada usia 2 tahun. Untuk memberi contoh, biarkan anak Anda melihat Anda sedang menyikat gigi. Anak-anak adalah peniru luar biasa dan tidak ada yang lebih baik dari orang tua dalam mencontohkan cara menyikat gigi kepada anak.
        4. Siapkan makan siang anak Anda dengan makanan bergizi seperti buah-buahan, sayuran dan keju yang mengandung banyak kalsium dan rendah asam dan gula. Hindari makanan manis yang lengket dan mudah terjebak dalam gigi seperti kismis, dodol, karamel dan lolipop.
        5. Karena bakteri penyebab kerusakan gigi dapat menular, jangan memasukkan sendok dan garpu ke mulut anak Anda jika sudah Anda pakai. Usahakan masing-masing anak memiliki sikat gigi sendiri.
        6. Ketika berbelanja, pastikan untuk menyertakan beberapa sikat gigi baru dalam daftar Anda. Sikat gigi harus diganti setiap tiga bulan sekali. Pilih sikat gigi yang lembut dan kompak khusus untuk anak-anak.
        7. Cobalah untuk tidak menggunakan pasta gigi fluoride ketika anak masih kecil karena mereka mungkin menelan pasta gigi itu tanpa sengaja. Sering menelan pasta gigi yang mengandung fluoride dapat menyebabkan enamel fluorosis. Untuk anak yang lebih besar, pilih pasta gigi lembut dengan fluoride berkadar rendah sampai usia 7 tahun.
        8. Ganti gula dengan madu karena madu tidak kariogenik (menyebabkan karies gigi).
        9. Jangan memberikan susu, jus atau minuman manis saat anak akan tidur. Cairan itu akan terperangkap di bawah bibir atas anak dan dapat menyebabkan gigi depan atas mereka membusuk.
        image: source

        Mengatasi Demam pada Anak

        Anak-anak sering mengalami demam. Demam bisa terjadi tiba-tiba, namun juga bisa dengan cepat menghilang. Apa sebenarnya demam dan apa yang sedang terjadi dalam tubuh ketika demam? Kapan Anda harus menghubungi dokter?
        Apa itu demam?
        Anak dikatakan demam bila suhu tubuhnya di atas 37º C. Demam bukanlah penyakit, tetapi reaksi pertahanan tubuh terhadap cedera atau infeksi. Tubuh menghasilkan panas lebih banyak dan mencoba mempertahankan suhu tingginya agar metabolisme berlangsung lebih cepat. Suhu tubuh yang tinggi itu juga menghambat perkembangan kuman dan bakteri. Ketika demam, tubuh akan mendinginkan diri dengan melebarkan pembuluh darah sehingga panas dapat keluar melalui kulit (keringat). Hal ini membuat anak menggigil.
        Gejala yang menyertai demam
        Anak-anak yang demam tubuhnya akan terasa hangat. Gejala lain yang biasanya menyertai demam antara lain:
        • menggigil dan gigi gemeretuk (jika demam tinggi)
        • nyeri otot dan sendi
        • berkeringat (ketika suhu menurun)
        • denyut jantung meningkat
        • mengantuk dan lemah
        • nafsu makan berkurang
        Pengobatan demam

        Bila anak Anda kelihatan kuat dan tidak mengalami kejang, demam mungkin tidak memerlukan pengobatan. Jika anak Anda tidak sehat, Anda dapat memberikan sirup atau tablet penurun panas. Beberapa saran untuk perawatan:
        • Usahakan anak minum secara teratur untuk mencegah dehidrasi.
        • Biarkan anak banyak beristirahat dan tidur untuk memulihkan diri.
        • Kenakan baju tipis pada anak agar panasnya keluar.
        Pencatatan suhu
        Untuk memantau perkembangan demam anak Anda, Anda harus mengukur suhu tubuhnya dengan termometer. Sebaiknya tidak menggunakan termometer berbasis merkuri (air raksa). Merkuri adalah zat yang sangat beracun jika terkena kulit, terhirup atau tertelan. Termometer dapat rusak dan mengeluarkan air raksa bila, misalnya, digigit anak yang sedang menggigil. Termometer digital yang lebih aman, cepat dan akurat kini banyak tersedia di pasaran.
        Ada beberapa tempat pada tubuh anak yang cocok untuk pengukuran suhu:
        • Rektum (anus). Perubahan suhu di dubur seringkali di belakang suhu tubuh pusat (suhu organ di dalam tubuh) sehingga ada risiko bahwa perubahan suhu yang besar terlambat terdeteksi.
        • Mulut. Suhu di mulut biasanya cukup mewakili suhu tubuh.
        • Ketiak. Anak kecil seringkali sulit mempertahankan posisi termometer di ketiak sehingga pengukurannya bisa tidak akurat.
        • Telinga. Bagian dalam telinga mudah diakses untuk mengukur suhu dengan menggunakan termometer non-kontak. Suhu yang diukur di telinga memberikan indikasi yang dapat diandalkan.
        Kapan harus membawa anak ke dokter?
        Periksakan anak ke dokter bila:
        • Anak Anda berusia kurang dari tiga bulan
        • Demam berlangsung  lebih dari tiga hari
        • Suhu anak meningkat sampai 40º C
        • Anak menunjukkan gejala seperti: ruam kulit, sesak nafas, kejang-kejang, kram, diare, muntah, dll.
        Dokter akan memberikan saran yang tepat sesuai dengan kondisi anak Anda.

        * duta seruni *

        Mencegah Obesitas pada Anak

        Seiring peningkatan taraf hidup, kini semakin banyak saja anak Indonesia yang mengalami kegemukan atau bahkan obesitas. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari bahaya kesehatan dan kejiwaan yang mengancam di balik kegemukan tersebut.
        Dampak negatif kelebihan berat badan anak melebihi kelucuan penampilannya. Anak-anak yang kegemukan:
        Kenaikan risiko kesehatan antara lain terkait dengan kegemukan di masa dewasa. Bila anak Anda kegemukan, kemungkinannya jauh lebih tinggi bahwa dia juga kegemukan di usia dewasa. Peluang itu meningkat seiring usia. Sekitar 20 persen anak-anak berusia 4 tahun yang kegemukan mengalami masalah berat badan di usia dewasanya.  80 persen remaja yang kegemukan juga tetap gemuk hingga dewasa.
        Apakah anak Anda memiliki masalah berat badan?
        Tidak semua anak berberat badan ekstra dikategorikan kegemukan atau obesitas. Beberapa anak memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata. Anak-anak juga biasanya memiliki jumlah lemak tubuh yang berbeda di berbagai tahap pertumbuhannya. Jadi Anda tidak dapat mengetahuinya hanya dengan melihat berat badan anak.
        Dokter dapat membantu mengetahui apakah anak Anda sudah kegemukan. Untuk melakukan hal ini, dokter akan menghitung indeks massa tubuh anak Anda (BMI). BMI menunjukkan apakah anak Anda kelebihan berat badan menurut usia dan tinggi badannya.
        Menggunakan grafik pertumbuhan, dokter lalu membandingkan BMI anak Anda dengan BMI anak lain seusianya yang berjenis kelamin sama. Jadi, misalnya,  bila Anda diberitahu bahwa anak Anda berada di persentil 80 artinya 80 persen anak lain seusianya yang berjenis kelamin sama memiliki BMI lebih rendah darinya.
        Tanpa mempertimbangkan faktor lain, anak yang memiliki BMI menurut usianya dalam rentang persentil 85  s.d. 94 disebut kegemukan, dan bila di atas 95 disebut obesitas.
        Bila Anak Anda kegemukan
        Kebanyakan masalah berat badan disebabkan oleh terlalu sedikit gerak badan dan terlalu banyak makan. Sebagian besar anak-anak yang kelebihan berat badan tidak perlu diet. Mereka hanya perlu didorong sedikit mengubah pola makan dan lebih aktif secara fisik. Ketika mereka tumbuh lebih tinggi, berat mereka harus tetap sama atau meningkat dalam jumlah normal.
        Dorong anak Anda untuk melakukan kebiasaan berikut yang dapat berlangsung seumur hidup:
        • Batasi jumlah makanan dan minuman tinggi kalori dan gula seperti coklat, minuman bersoda, biskuit, kue, dan es krim. Anda dapat menggantinya dengan yang lebih sehat seperti seperti buah-buahan, jus buah, agar-agar, kripik sayuran, dan susu rendah lemak.
        • Masak makanan dengan dibakar atau dikukus. Ayam, ikan dan sosis bukan hanya lebih lezat bila dibakar, namun juga memiliki kandungan lemak lebih rendah.
        • Beri contoh yang baik dengan kebiasaan makan Anda sendiri.
        • Ajarkan anak Anda untuk makan lebih lambat dan menikmatinya, karena dia akan merasa lebih cepat kenyang dan cenderung tidak makan berlebihan pada waktu makan.
        • Lakukan kegiatan makan bersama dalam satu keluarga sesering mungkin.
        • Jangan jadikan makanan cepat saji sebagai acara rutin mingguan.
        • Kurangi makanan ringan yang dimakan sambil beraktivitas. Jangan biarkan anak Anda makan sambil menonton televisi atau melakukan pekerjaan rumah.
        • Dorong anak Anda untuk “mendengarkan perutnya” dan makan hanya ketika lapar, bukan karena kebiasaan, dan berhenti makan bila dia sudah kenyang.
        • Ajari anak untuk memesan makanan sehat ketika makan di luar, misalnya lebih memilih menu gado-gado daripada sate kambing.
        • Tetapkan batas waktu nonton TV dan bermain komputer. Dorong anak Anda untuk melakukan kegiatan aktif sebagai gantinya. Anak-anak harus melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari
        • Lakukan acara olahraga keluarga seperti berjalan kaki, naik sepeda, berenang atau bermain bulu tangkis.
        • Dorong anak untuk berjalan atau bersepeda ke sekolah atau ke toko, tidak selalu naik mobil atau motor.
        image: source
        Sebarkan ke teman-teman:
        * duta seruni *

          Tips Mengajari Anak Menggunakan Toilet (Toilet Training)

          Kapan Anda harus mengajari balita Anda menggunakan toilet?
          Tidak ada patokan waktu yang pasti karena masing-masing anak memiliki masa kesiapannya sendiri. Namun, biasanya mereka sudah mulai menunjukkan kesiapan untuk dilatih sejak usia 1,5 s.d. 3 tahun. Anak perempuan biasanya lebih cepat siap dibandingkan anak laki-laki.
          Kesiapan fisik dan mental
          Pelatihan toilet membutuhkan kesiapan fisik dan mental. Secara fisik, anak Anda harus sudah dapat menahan air seni selama beberapa jam. Hal ini hanya terjadi jika otot-otot kandung kemihnya telah berkembang sehingga memungkinkannya untuk menahan air seni. Secara mental, dia harus sudah dapat mengenali tanda-tanda kebelet pipis atau buang air besar.  Anak Anda juga harus bisa mengkomunikasikan bila dia kebelet melalui ekspresi wajah, gerak tubuh atau kata-kata, SEBELUM benar-benar pipis atau buang air besar.
          Berikut adalah beberapa tanda kesiapan anak mendapatkan pelatihan toilet :
          • Dapat menjaga popok tetap kering selama minimal 2 jam dalam suatu waktu
          • Mengumumkan bila dia ingin buang air kecil atau besar
          • Mengerti bila dia diminta menggunakan toilet
          • Dapat mengikuti instruksi sederhana
          • Menarik popoknya bila basah dan kotor
          • Menunjukkan minat pada toilet
          Tips Pelatihan Toilet
          Bila anak Anda telah menunjukkan kesiapan, Anda bisa memulai dengan membeli salah satu dari dua jenis perlengkapan yang tersedia di pasaran: pispot toilet berpenampung sendiri untuk dikosongkan isinya ke toilet, atau bantalan khusus anak yang didudukkan di atas toilet duduk dewasa. Bagi Anda yang menggunakan toilet jongkok, Anda mungkin tidak perlu membeli bantalan toilet karena anak bisa melakukannya dengan jongkok atau berdiri.
          Mengajari anak menggunakan toilet memerlukan ketekunan. Prosesnya bisa memakan waktu hingga 3 sampai 6 bulan, meskipun beberapa anak mungkin membutuhkan waktu lebih cepat atau lebih lama.
          Berikut adalah beberapa tips yang mungkin berguna saat Anda melatih buah hati Anda:
          • Ajari anak Anda kata-kata yang diperlukan untuk pelatihan toilet, seperti basah, kering, kebelet, pipis, ee, dan lainnya.
          • Jelaskan penggunaan toilet kepada anak dengan melakukan peragaan, misalnya dengan memperlihatkan membuang kotoran di popoknya ke toilet.
          • Jangan memaksa. Saat kebelet, tanyakan pada anak apakah dia ingin menggunakan toilet. Gunakan toilet hanya bila dia tidak keberatan.
          • Biarkan anak bermain-main dengan toilet atau duduk di atasnya berpakaian lengkap bila dia menginginkannya.
          • Berhentilah melakukan pelatihan toilet untuk sementara waktu jika anak Anda menjadi frustasi atau takut. Tidak ada salahnya mengambil jeda pelatihan dan memulai lagi nanti.
          • Biarkan anak melihat ke dalam toilet setelah acara buang airnya “sukses”.
          • Ajaklah dia ikut menggelontor toilet untuk membiasakan diri.
          • Pastikan bahwa area toilet aman. Simpan sabun mandi, deterjen, shampoo dan lainnya di luar jangkauan anak.
          • Puji anak Anda setiap kali dia berhasil menggunakan toiletnya
          image: source
          Sebarkan ke teman-teman:
          * duta seruni *

            Anak Berbicara Gagap, Perlukah Terapi?

            Gagap adalah gangguan bicara di mana suara, suku kata, atau kata-kata diucapkan berulang atau berkepanjangan sehingga mengganggu aliran normal berbicara. Sekitar 1% orang dewasa gagap, dimana 80% laki-laki dan 20% perempuan.
            Gagap dapat dinyatakan dalam cara yang berbeda, misalnya:
            • Mengulangi suara, suku kata atau kata (misalnya: meng-mengapa?)
            • Menekan dan jeda setelah huruf pertama (misalnya: saya b……..lum mandi)
            • Mengulang huruf tertentu (misalnya: saaaya ingiiin tidur)
            • Ekspresi wajah dan kepala tertentu, berkeringat dan nafas tidak beraturan
            Penyebab
            Penyebab gagap tidak jelas. Karena gagap seringkali menurun dalam keluarga, mungkin ada kecenderungan genetik. Gagap juga dapat disebabkan pengalaman traumatis, setelah peristiwa hidup yang serius, atau karena takut, cemas dan gugup. Gagap diperparah saat penderitanya tertekan atau mendapatkan terlalu banyak perhatian.
            Gagap sementara biasa dijumpai pada anak-anak. Sebagian besar anak mengembangkan kemampuan bahasa mereka pada usia 2-5 tahun. Dalam usia ini kecepatan berbicara tidak bisa selalu mengikuti kecepatan berpikir. Di sini, anak akan mengulang kata-kata tertentu sampai dia menemukan kata yang dicari. Setelah usia lima tahun, seharusnya anak sudah tidak lagi berbicara gagap atau terbata-bata.
            Gagap mungkin juga terjadi setelah stroke, trauma kepala, atau jenis cedera otak lainnya. Gagap ini disebabkan otak kesulitan mengkoordinasi berbagai komponen yang terlibat dalam proses berbicara karena masalah saraf atau otot.
            Terapi
            Jika anak masih gagap setelah usia lima tahun, bicaralah dengan dokter anak  atau ahli terapi wicara. Anda perlu berkonsultasi terutama bila:
            • Kegagapan menjadi lebih parah dan lebih sering
            • Anak lebih sulit berbicara atau tegang saat berbicara
            • Anda melihat ketegangan vokal yang mengakibatkan meningkatnya nada dan volume suara
            • Anak mencoba menghindari situasi yang memerlukan berbicara
            • Anak mengubah kata-kata karena takut gagap
            Dokter akan mendiagnosis gangguan wicara secara lebih akurat setelah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk riwayat kasus si anak (seperti kapan kegagapan pertama kali terlihat dan dalam keadaan apa) dan perilaku kegagapan anak, dan merekomendasikan terapi apa yang harus dijalani.

            Tas Sekolah Anak: 3 Tips Hindari Cedera

            Nyeri punggung adalah keluhan anak yang sering didengar para orang tua. Memilih dan memakai tas sekolah dengan benar menghindari nyeri punggung dan cedera permanen yang dapat ditimbulkannya pada anak.
            1. Berat beban

            Beban total dari tas sekolah tidak boleh melebihi 10% berat anak. Pada anak yang lebih besar (kelas lima ke atas), berat beban tas sekolah bisa ditambah sampai maksimal 20% dari berat badan.
            2. Pilihan model

            Pilihlah model yang ringan dengan tali bahu lebar dan berisi busa. Lebih baik lagi bila tas memiliki bagian punggung yang empuk dan ikat pinggang. Ikat pinggang memungkinkan untuk mendistribusikan berat lebih merata di seluruh tubuh anak. Tas ransel dengan beberapa kompartemen penyimpanan juga dapat membantu mendistribusikan beban lebih merata. Tas beroda dapat bermanfaat jika anak perlu membawa tas dalam jarak jauh.
            3. Cara pemakaian
            Tas harus dikenakan dengan kedua tali bahu terpasang dengan nyaman. Buku-buku berat harus ditempatkan di tengah-tengah punggung untuk mendistribusikan beban. Anak harus menekuk kedua lutut ketika mengambil atau meletakkan tasnya.
            image: source
            Sebarkan ke teman-teman:
            * duta seruni *